Sunday, April 1, 2012

Fenomena Kenaikan BBM

"Hal yang kita khawatirkan masyarakat yang tadinya sudah menggunakan pertamax kembali menggguankan premium, itu yang akan membuat BBM bersubsidi jumlahnya bisa meningkat kalau tidak hati-hati. Jadi upaya untuk melakukan penanggulangan, pengawasan harus kita tingkatkan," jelas Menteri Keuangan Agus Martowardojo kepada wartawan, di Istana Negara, Jakarta, Sabtu (31/3/2012) malam. 
Hal ini wajar terjadi mengingat semakin bertambah hari semakin bertambah pula kebutuhan yang harus terpenuhi. Apalagi jika diharuskan dengan bertambahnya penghuni baru atau dengan bertambahnya keluarga, makin bertambah pula kebutuhan yang harus terpenuhi. Untuk menyikapi hal ini mau tidak mau konsumen harus bisa me-manage pengeluaran yang semestinya tidak perlu, jika dimungkinkan konsumen yang cerdas dengan menggunakan skala perioritas agar tidak terjadi pengeluaran yang berlebih atau istilahnya besar pasak dari pada tiang.

"Kenaikan pengeluaran adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihapuskan, ketimbang kita mencari alasan kenapa dan bagaimana, lebih baik menaikkan penghasilan dan me-manage keuangan secara bijaksana" (Hari ‘Soul’ Putra). Jika dimungkinkan semua orang menginginkan hidup layak dan jauh dari kemiskinan. Pertanyaannya "apakah hal itu berlaku bagi penduduk yang berpenghasilan rendah? atau penduduk yang berada digaris kemiskinan?" Siapa yang harus menjawab pertanyaan ini? Coba pikirkan nasib mereka yang masih terlantar, yang hidup dikolong jembatan, yang mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas. 

Orang yang mmpunyai penghasilanpun belum tentu cukup untuk menghidupi keluarganya, apalagi yang tidak berpenghasilan. Sungguh eronis nasib bangsa ini, seperti lagunya Armada "mau dibawa kemana bangsa ini........? (eh hubungan ini.....). Benarkah jika BBM tidak naik perekonomian bangsa kita akan akan makin berat? Lebih berat mana perekonomian bangsa dengan perekonomian perkapita? Kenapa harus rakyat yang menanggung ini semua? Ada kelebihan APBN aja rakyat tidak ikut campur menikmatinya, merekam para koruptor yang semestinya bertanggung jawab atas ini semua. Berantas tikus-tikus yang berkeliaran di istana dan pemerintahan sampai keakar-akarnya. 

Cobalah kita lihat dengan kenaikan BBM akibatnya terjadi demo dimana-mana, sehingga banyak korban yang semestinya tidak terjadi.

No comments: